Selasa, 29 Maret 2011

thabaqat pararawi

BAB I I
THABAQAT PARA RAWI
Thabaqat Para Rawi Dan Pembagiannya Menurut Istilah..!

Hampir semua ahli hadist sepakat bahwa thabaqat ialah sekumpulan orang yang sebaya dalamusiadan dalam menemukan guru)Para rawi dibagi dalam beberapa thabaqat,yang murni sebagairasalah).Diantara para ahli ada yang memasukkan seluruh sahabat ke dalam satu kelompok thabaqat,lalu tabi’in pada thabaqat kedua,kemudian orang-orang sesudah mereka pada thabaqat ketiga.Pembagian ini berpegang pada sabda Nabi saw.”Kurun yang lebih baik adalah kurunku,kemudian orang-orang sesudah mereka,kemudian orang-orang sesudah mereka.”Rasulullah saw.menyebutkan dua atau tiga kurun lagi sesudah kurun beliau.

Ada pula ulama yang membagi para sahabat dalam beberap thabaqat,lalu pengelompokkan diteruskan kepada para tabi’in dan orang –orang sesudah mereka.Masing-masing kelompok dibagi dalam beberap thabaqat.

Pembagian cermat terhadap satu kelompok itu,membuat terhimpunnya individu-individu kelompok tersebut menurut sifatnya masing-masing.Dalam thabaqat sahabat minsalnya,berbagai kelompok bertemu dalam bertemu dalam sifatnya tertentu:ada pemeluk islam yang lebih awal,ada yang tergolong muhajirin,dan ada yang pelaku peperangan. Abu BAKAR ,umpamanya ,termasuk kedalam empat thabaqat sekaligus: sahabat Nabi, termasuk,pemeluk agama islam,yang mendapat kabar gembira bakal masuk sorga,dan muhajirin.setiap orang yang memiliki kesamaan dengan salah satusifat ini,ia berda dalam satu thabaqat dengan Abu Bakar.

Dari sinilah mulai lahirnya thabaqat sahabat dan thabaqat tabi’in,berdasarkan beragam pertimbangan dan perbedaan sudut pandangan yang menjadi pertimbangan untuk klasifikasinya.

Thabaqat Para Rawi Menurut Pembagian Ibnu Hajar
Ibnu Hajar al-Asqalani telah berusaha meringkas thabaqat para rawi sejak masa sahabat hingga akhir masa periwyatan.Pembagiannya terdiri dari 12 thabaqat,yang hanya terdiri dari kelompok orang yang mempunyai riwayat dalam AL-Kutub as-Sittah.
Pertama : Sahabat dengan berbagai tingkatannya.
Kedua : Thabaqat tabi’in pertma,seperti sa’id bin Musayyab.
Ketiga : Thabaqat tabi’ in pertengahan,seperti AL-Hasan dan Ibnu sirin
Keempat : Thabaqat urutan berikutnya,periwywtan mereka umumnya bersumber dari tabi’in seperti AZ-Zuhri dan Qatadah.
Kelima : Thabaqat tabi’in akhir yang tidak dapat dipastikan bahw mereka mendengaran penuturan hadist secara langsung dari sahabat.termasuk dalam thabaqat ini adalah AL-A’masi.
Keenam : Orang- orang yang tampil bersama thabaqat kelima,tetapi dapat dipastikan bahwa mereka tidak pernah bertemu dengan salah seorang sahabat Rasulullah saw.Diantara mereka termasuk Ibn Juraij.
Ketujuh : Thabaqat atba’ut-tabi’in (sesudah tabi’in) yang pertama,seprti Malik bin Anas dan Sufyan ats-Tsauri.
Kedelapan : Atba’ut-tabi’in pertengahan,seperti Ibnu Uyainah dan Ibnu Ulayyah.
Kesembilan : Thabaqat atba’ut-tabi’in akhir.Dalam kelompok ini termasuk Abu Dawud,Ath-Thayalisi dan Asy-Syafi’i.
Kesepuluh : Orang-orang pertama yang mengutip dari atb’ut-tabi’in, yang tidak pernah bertemu dengan para tabi’in,sepertiAhmad bin Hanbal.
Kesebelas : Thabaqat pertengahan dari orang-orang yang mengutip atba’ut-tabi’in , seperti Adz-Dzuhli dan AL-Bukhari.
Keduabelas : Orang-orang terkhir yang mengutip dari atba’ut-tabi’in,seprti At-Tirmidzi.

Mengetahui thabaqat para rawi dapat meniadakan kerancuan,mencegah bercampur-aduknya nama-nama dan gelar-gelar yang serupa.Bagi peneliti, pengetahuan tentang thabaqat akan memberi mereka pemahaman akan bentuk-bentuk tadlis,inqitha’dan irsal.Karena itu,kami ingin memaparkan thabaqat-thabaqat terpenting berikut biografi para perawi dalam setiap thabaqat.jadi,kita mempelajarithabaqat sahabat,thabaqat tabi’in,dan thabaqat atba’ut-tabi’in.



THABAQAT SAHABAT
Pengertian Thabaqat Sahabat
Menurut para ulama,yang disebut” sahabat” adalah orang yang bertemu dengan Nabi s.a.w. dalam keadaan beriman dan meniggal dunia sebagai pemeluk agama islam.Pertemuan dengan Nabi s.a.w.meskipun hanya sejenak,merupakan suatu seharusan.Rja Najasyi,minsalnya,tidak dianggap sebagai sahabat,sebab kendati ia beriman kepada Rasulullah s.a.w .tetapi tidak bertemu dengan beliau.seorang anak,asal berakal dan cerdik,serta memenuhi criteria itubisa saja dimasukkan dalam kategori sahabat.bahkan anak-anak dengan tingkatan kecerdasan lebih rendah,asal sudah dapat memahami pembicaraan dan memberikan jawaban,seperti AL-Hasan dan AL –Husain – keduanya putra Ali – serta Mahmud bin ar-rabi’.Demikian menurut An-Nawawi dan AL-Iraqi.

Para ulama membuat beberapa ketentuan ,dan apabila salah satu daripadanya terpenuhi,sudah dapat bagi seseorang disebut sahabat Nabi s.a.w. yang terpenting ialah:

Pertama : Sudah diketahui secara luas kesahabatannya,seperti sepuluh orang sahabat yang mendapat kabar gembira akan masuk sorga.mereke adalah khulafa’ar-rasyidin (Abu Bakar,Umar,Utsman dan Ali),sa’adbin Abi Waqqash,Sa’id bin Zaid,Thalhah bin Ubadillah,Az-Zubair bin al-awwam,Abdurrahman bin Auf dan Abu Ubaidah Amir bi al-jarrah.kita telah memaklumi bahwa kesahabatan Abu Bakar telah ditetapkan dalam AL-Qur’an:” Ketika ia(Muhammad)berkata kepada sahabatnya:jangan kamu berduka-cita,sungguh Allah bserta kita.” (At-Taubah40)

Kedua : dikenal meskipun tidak begitu luas kesahabatnya seperti Dlimam bin Tsa’labah dan Akasyah Bin Muhashin.
Ketiga : pengukuhan sahabat dikenal bahwa sifulan adalah sahabat,
Keempat : pengakuan seorang yang terkenal adil dan terpercaya dan melingkupi batas waktu yang mungkin. Para ulama menentukan batas waktu yang mungkin itu tidak melewati tahun 110 H.

Oleh eh karena itu adalah wajar bila para ulama menolak pengakuan kesahabatan yang dilakukan oleh Jafar Bin Nastur ar-rumi sesudah tahun 200 H. dan Sarbatik al-Hindi yang wafat pada 333H.
Ibnu shalah, Ibnu Abdil Barr dan An Nawawi mengemukakan kesepakatan ulama tentang keadilan sahabat, dalam Al-Qur’an dan Hadis terdapat isyarat mengenai keutamaan dan keadilan para sahabat. Allah SWT. Berfirman :




Artinya “ kalian umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia ,”. (ali – imran : 110)





Artinya : “ dan demikian pula kami telah menjadikan kalian sebagai umat yang adil dan pilihan, agar kalian menjadi saksi atas (perbuatan) manusia.” (al – baqarah : 143)

Diantara sahabat yang di anggap banyak meriwayatkan hadis nabi lebih dari seribu. Ada tujuh orang:
1. Abu Hurairah sebanyak 5.374 hadis
2. Ibnu Umar, 2.630 hadis
3. Anas Bin Malik, 2.286 hadis
4. Sayyidah Aisyah, 2.210 hadis
5. Abdullah Bin Abbas 1.660 hadis
6. Jabir Bin Abdullah, 1.540 hadis
7. Abu Sa’id Al-Khudri, 1.170 hadis

Dalam tahaqat nya, ibnu sa’ad hanya mengelompokkan sahabat dalalm lima thabaqat. Jumlah thabaqat meningkat menjadi : 12 thabaqat menurut urutannya yang lebih dahulu memeluk islam, hijrah dan mengikuti peperangan .

Pertama : mereka lebih dulu masuk islam, yaitu orang –orang yang beriman dimekkah, seperti halnya sepuluh sahabat nabi yang mendapat khabar masuk surga, serta khadijah dan bilal.
Kedua : anggota dar an-nadwah yang memeluk islam sesudah umar masuk islam,
Ketiga : para sahabat yang hijrah ke habasyah pada tahun sesudah rasulullah di utus. Mereka terdiri dari 11 laki-laki dan 4 wanita. Dan pengikut sahabat yang berjumlah 83 orang.
Keempat : pengikut perjanjian aqabah pertama. Mereka adalah 12 sahabat.
Kelima : pengikut perjanjian aqabah kedua, yang memeluk agama islam tahun pertama. Mereka terdiri dari 70 sahabat anshar diserta dua orang wanita.
Keenam : para sahabat muhajirin yang sampai kemadinah , ketika nabi s.a.w. masih berada di quba, menjelang memasuki madinah.
Ketujuh : para pengikut perang badar.
Kedelapan : para sahabat yang hijrah diantara peristiwa perang badar dan hudaibiyah.
Kesembilan : para sahabat yang melakukan bai’at di bawah pohon di hudaibiyah (bai’ah ar-ridwan).
Kesepuluh : para sahabat yang berhijrah sebelum penaklukan mekkah dan sesedah peristiwa hudaibiyah.
Kesebelas : para sahabat yang memeluk islam pada saat penaklukan mekkah.
Kedua belas : anak-anak yang melihat nabi s.a.wi penaklukan mekkah dan haji wada’.



BAB III
Thabaqat Tabi’in Dan Atba’ut –Tabi’in

A. Thabaqat Tabi’in
Para ulama memberikan batasan bahwa Tabi’in ialah orang yang bertemu dengan sahabat dan beriman kepada Nabi. s.a.w. serta meninggal dunia dalam keadaan beriman kepada islam. Al-Qur’an dan Hadis memberi kesaksian tentang keutamaan thabaqat ini. Firman Allah: “ orang – orang yang terdahulu lagi pertama – tama (masuk islam) di antara orang-orang Muhajirn dan Anshar, dan orang –orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah rela kepada mereka dan merekapun rela kepada Allah.”(At-taubah:100) rasululah bersabda : “ berbahagialah orang yang melihat orang yang melihatku.” Dan “ kurun terbaik adalah kurun ku, kemudian orang –orang sesudah mereka.”

B. Thabaqat Atba’ut – Tabi’in
Atba’ut – Tabi’in (pengikut Tabi’in), yaitu orang yang bertemu dengan Tabi’in, beriman kepada Nabi s.a.w. dan meninggal dunia dalam keadaan memeluk islam, para ulama beranggapan bahwa Imam Malik Bin Anas dan Iman Syafi’i termasuk kedalam thabaqat ini. Sedangkan Imam Ahmad Bin Hanbal di anggap termasuk thabaqat sesudah Atba’ut – Tabi’in. sebab pada tahun 241 H. sedangkan periode Atba’ut – Tabi’in terakhir pada 220 H.


BAB IV
MUTTAFAQ,MUFTARAQ DAN MUTASYABIH
Dalam Pengantar Study Ilmu Hadis Mengenal Para Perawi adalah sebagai berikut :

A. Muttafaq Dan Muftaraq
Yaitu yang maksud “Muttafaq” dan “Muftaraq” adalah “ nama perawi sama dengan nama ayah nya, baik sama dalam tulisan ataupun bacaan nya. Sedangkan sebenarnya mereka orang yang berbeda.”

Contoh :
1. Nama Al-Khalil Bin Ahmad menjadi nama untuk enam orang, orang yang pertama yang mempunyai nama itu adalah guru sibawaihi.
2. Nama Ahmad bin Ja’far Bin Hamdan adalah nama yang dimiliki oleh empat yang hidup dalam satu masa.

Adapun manfaat dari mengetahui hal ini adalah menghindari karacuan, bisa jadi orang banyak mempunyai nama yang sama di anggap satu orang,


B. Mu’talaf Dan Mukhtalaf
Yang dimaksud dengan “Mu’talaf” dan “Mukhtalaf .” sesuatu yang sama tulisannya akan tetapi berbeda bacaannya, baik berupa nama, gelar, panggilan dan nasab.”

Conto :
1. “Salam” dengan “Sallam”, tulisannya sama namun bacaannya berbeda.


C. Mutasyabih
Mutasyabih adalah kesamaan nama – nama para perawi baik tulisannya maupun bacaanya, sedangkan nama-nama ayah mereka berbeda bacaanya namun tulisannya sama atau sebaliknya, nama ayah mereka sama tulisannya dan bacaannya sedangkan nama mereka berbeda bacaannya namun sama tulisannya.

Contoh :
1. “Muhammad bin uqail; dengan :Muhammad bin aqil”, yang pertama huruf ain dalalm nama ayahnya dibaca dhammah sedangkan yang kedua di baca fathah.


DAFTAR PUSTAKA

Al-Mukhtashar
Pengantar Study Ilmu Hadis

Tidak ada komentar: